PINTAR KOMPUTER

Jadilah Seperti Aku Karena Aku Adalah Jiwa Yang Berada Di Tubuh Ini... Belajar Itu Indah......

Tentu masih ingat Joko Suprapto, yang disebut-sebut menemukan bahan bakar dari air. Joko Suprapto cs ini juga menawarkan trafo pembangkit listrik kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Ternyata, setelah diteliti para pakar, alat itu bukanlah pembangkit listrik. Ini penipuan berkedok inovasi teknologi.
Alat yang diberi nama Pembangkit Listrik Mandiri Jodhipati ini dipasang di Kampus UMY. Proyek listrik murah ini memang inisiatif Joko Suprapto dan Purwanto cs. Selain menawarkan listrik murah, Joko Suprapto juga menawarkan proyek bahan bakar dari air, yang diberi nama Banyugeni. Sebelumnya Joko Suprapto cs menawarkan proyek ini ke UGM, namun ditolak.

Para pakar yang selama ini ‘tersihir’ oleh Joko Suprapto akhirnya membongkar alat ajaib itu. Setelah dicek, ternyata kotak ajaib itu tidak ada apa-apanya. Kabar bahwa kotak ajaib itu adalah pembangkit listrik ternyata bohong besar, sehingga tidak layak untuk diteruskan.

Hal ini diungkapkan Ketua Badan Pelaksanan Harian (BPH) UMY H. Dasron Hamid, MSc kepada wartawan di kantor PT Mentari Prima Karsa (PT MPK), salah satu badan usaha milik UMY, di Jl Pendidikan No 88, Ngestiharjo Kasihan Bantul, Jumat (13/6/2008). Turut hadir dalam pertemuan itu Rektor UMY Dr Khoiruddin Bashori dan Dirut PT MPK Ir Riyam Indarto.

“Setelah dibongkar oleh tim ahli dari Teknik Elektro UMY dan disaksikan pakar kelistrikan dari UGM, alat yang dinamakan Pembangkit Listrik Mandiri Jodhipati itu tidak ada apa-apanya. Ya bohong,” kata Dasron.

Menurut Dasron, pembongkaran alat pembangkit dilakukan oleh PT MPK bersama tim dari Teknik Elektro UMY, antara lain Ir Jamal, Ir Ri’fan MT serta melibatkan pakar kelistrikan, antara lain Prof Dr Adhi Susanto (UGM), Sudiartono (PSE UGM) dan Dr Sarjiyo (UGM). Para wakil rektor, dekan, BPH UMY serta aparat kepolisian turut menyaksikan proses pembongkaran alat pembangkit yang dipasang di salah satu ruang di dekat kompleks asrama mahasiswa UMY di kampus terpadu.

“Dua hari kita bongkar dan kemudian kita lihat isinya. Hari pertama alat kita jebol karena ditanam dan disemen beton cor. Setelah berhasil, kita bawa ke kantor PT MPK untuk dilihat isi dalamnya. Ternyata tidak ada apa-apanya,” kata Dasron.

Dia menegaskan setelah alat itu dibongkar, tim ahli berkesimpulan bahwa Pembangkit Listrik Mandiri Jodhipati yang didapat dari Joko Suprapto asal Nganjuk Jawa Timur yang diklaim bisa menghasilkan listrik 3 Mega Watt itu bukan pembangkit listrik.

“Kita berani membongkar karena alat itu tidak dapat berfungsi sesuai dengan yang dijanjikan. Mereka selalu molor dan berjanji-janji terus tanpa menepati,” kata Dasron.

Selain itu, kata Dasron, PT MPK juga menilai kerja sama proyek listrik yang ditawarkan Joko Suprapto dan Purwanto memang tidak layak, dari segi bisnis. Karena itu, proyek listrik 3 Mega Watt ini dihentikan sampai di sini saja.

Trafo atau alat Pembangkit Listrik ala Joko Suprapto cs (penemu bahan bakar dari air/blue energy) yang dipasang di di dekat kompleks asrama mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil dibongkar tim ahli Teknik Elektro. Hasilnya, trafo itu ternyata hanya trafo pasif. Jika tidak dialiri listrik, maka tidak akan beroperasi.
Kotak itu diberi nama Pembangkit Listrik Jodhipati seperti nama stasiun Radio milik Joko Suprapto (Blue Eenergy) di Nganjuk Jawa Timur. Alat itu juga diklaim bisa menghasilkan listrik murah sebesar 3 Mega Watt yang lebih murah dari PLN.

Dalam acara jumpa pers yang dipandu Kepala Divisi Humas UMY, Twediana Budi Hapsari MSi, diperlihatkan secara detil proses pembongkaran yang didokumentasikan melalui video secara lengkap. Turut hadir daam acara itu itu Rektor UMY Dr Khoiruddin Bashori dan Dirut PT Mentari Prima Karsa (PT MPK), salah satu badan usaha milik UMY, Ir Riyam Indarto.

Karena dicor semen, tim terpaksa membongkar ‘kotak ajaib’ itu secara manual dengan palu besar secara hati-hati. Alat itu sudah dipasang sejak akhir tahun 2007 di tempat itu karena direncanakan akan digunakan untuk mengaliri listrik di sekitar kompleks UMY. Tapi, ternyata hingga pembongkaran dilakukan, alat itu belum pernah berhasil mengalirkan listrik.

Kotak itu terbuat dari lempengan besi tebal dengan ukuran tinggi 60 cm, lebar 60 cm dan panjang 90 cm. Pembongkaran alat itu memakan waktu 2 hari mulai hari Rabu 11 Juni hingga Kamis 12 Juni 2008.

Pada hari Rabu, tim yang dipimpin Ir Agus Jamal dan Ir Rif’an MT berhasil membongkar kotak itu dari tempat pemasangan di kampus terpadu. Pembongkaran memakan waktu 9 jam karena kotak itu ditanam dengan cara dicor dan disemen. Setelah berhasil dibongkar, kotak itu kemudian dibawa ke PT MPK di Jl Pendidikan 88 Ngestiharjo Kasihan Bantul untuk dilihat bagian dalamnya.

Menurut Dian, panggilan akrab Twediana, kotak itu terbuat dari besi plat border 1 mm dan dicor. Di bagian dalam terdapat dua variac (stabilizer), welding kabel atau kabel las merek Nippon, isolasi putih, tulangan besi
galvanis 6 mm. “Semua secara teknik, tidak layak disebut sebagai pembangkit listrik,” kata Diana.

Usai pemutaran video proses pembongkaran dan tanya jawab, wartawan kemudian diajak melihat langsung pembangkit Jodhipati yang telah dibongkar dan ditaruh di salah satu ruangan di PT MPK. Di tempat itu, masih berserakan pecahan semen cor dan kotak besi yang sudah dibongkar.

Jamal dan Rif’an menunjukkan satu demi satu komponen-komponen yang ada di dalamnya. “Ini ada kabel yang hanya diisolasi biasa, ada besi yang biasa digunakan untuk mengelas. Pokoknya di dalamnya tidak ada yang layak disebut pembangkit listrik. Ini hanya trafo pasif yang akan menyala bila ada aliran. Kalau tidak ada aliran ya jelas tidak bisa,” kata Jamal.

Tim peneliti tekhnik elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah membongkar trafo Pembangkit Listrik Mandiri Jodhipati milik Joko Suprapto. Namun Joko mengaku belum mendengar hal itu.

“Saya belum tahu kalau trafo itu dibongkar. Apa benar begitu? Saya tidak diberitahu kalau trafo itu dibongkar,” kata Joko dengan tegas saat dihubungi detikcom melalui telepon Sabtu (14/6/2008).

Pembangkit Listrik Mandiri Jodhipati ini dipasang di Kampus UMY atas inisiatif Joko Suprapto dan Purwanto cs. Selain menawarkan listrik murah, Joko Suprapto juga menawarkan proyek bahan bakar dari air, yang diberi nama Banyugeni. Sebelumnya Joko Suprapto cs menawarkan proyek ini ke UGM, namun ditolak.

Para pakar yang selama ini ‘tersihir’ oleh Joko Suprapto akhirnya membongkar alat ajaib itu. Setelah dicek, ternyata kotak ajaib itu tidak ada apa-apanya. Kabar bahwa kotak ajaib itu adalah pembangkit listrik ternyata bohong besar, sehingga tidak layak untuk diteruskan.

Pembongkaran alat pembangkit dilakukan oleh PT MPK, salah satu badan usaha UMY, bersama tim dari Teknik Elektro UMY, antara lain Ir Jamal, Ir Ri’fan MT serta melibatkan pakar kelistrikan, seperti Prof Dr Adhi Susanto (UGM), Sudiartono (PSE UGM) dan Dr Sarjiyo (UGM). Para wakil rektor, dekan, BPH UMY serta aparat kepolisian turut menyaksikan proses pembongkaran alat pembangkit yang dipasang di salah satu ruang di dekat kompleks asrama mahasiswa UMY di kampus terpadu.

Setelah alat itu dibongkar, tim ahli berkesimpulan bahwa Pembangkit Listrik Mandiri Jodhipati yang didapat dari Joko Suprapto asal Nganjuk Jawa Timur yang diklaim bisa menghasilkan listrik 3 Mega Watt itu bukan pembangkit listrik.

Tim Peneliti Banyugeni dari Pusat Studi Pengembangan Energi Regional (Pusper) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) secara resmi menghentikan proyek banyugeni, bahan bakar berbasis air. Penghentian ini dilakukan setelah proyek yang ditawarkan Joko Suprapto cs itu dipastikan bohong-bohongan.

Hal itu diungkapkan Rektor UMY Dr H. Khoiruddin Bashori kepada wartawan di kantor PT Mentari Prima Karsa (MPK), salah satu badan usaha milik UMY, di Jl Pendidikan No 88, Ngestiharjo Kasihan Bantul, Jumat (13/6/2008). Turut hadir dalam pertemuan itu Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) UMY H Dasron Hamid MSc dan Dirut PT MPK Ir Riyam Indarto.

“Setelah dilakukan telaah teknis dan akademis, baik proyek Banyugeni maupun Pembangkit Listrik Mandiri Jodhipati, Senat UMY memutuskan penelitian Banyugeni tidak layak diteruskan,” kata Khoiruddin.

Dia mengaku dua proyek itu memang melibatkan Joko Suprapto (Blue Energy) asal Nganjuk Jawa Timur dan Purwanto asal Solo yang diangkat menjadi konsultan ahli untuk proyek Banyugeni sejak akhir tahun 2007.

Namun Khoiruddin tidak bersedia membeberkan berapa dana yang telah dikeluarkan untuk dua proyek tersebut. Dia hanya menyebutkan ada dana di universitas yang digunakan untuk membiayai penelitian Banyugeni.

Sedang untuk pembangkit listrik, mereka menawarkan kerja sama sewa alat yang kemudian dipasang di salah satu tempat di kampus terpadu. Pemasangan juga sangat rahasia dan tidak boleh ada orang luar yang mengetahuinya.

Saat menawarkan alat itu, Joko Suprapto dan Purwanto cs menjanjikan alat itu bisa menghasilkan listrik 3 Megawatt, yang sewanya lebih murah dibanding harga listrik PLN. Harga yang mereka janjikan sekitar setengah harga listrik PLN tanpa abonemen. “Karena kita pandang murah, kita bersedia kerja sama dengan mereka,” kata dia.

Sementara itu Humas UMY Ahmad Maruf menambahkan saat demo Banyugeni bulan Februari 2008, bahan bakar yang dinyalakan untuk kompor, lampu teplok dan motor bukan dari hasil penelitian di lab Pusper. Namun bahan bakar itu sudah dibawa Purwanto sendiri. “Itu yang kami tahu, tapi masih perlu dicek lagi,” kata Maruf.

Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan roadshow kepada sejumlah pihak untuk menjelaskan dan memberikan klarifikasi bahwa saat ini UMY telah menghentikan proyek itu dan tidak ada hubungan atau putus hubungan dengan Purwanto. “Kita akan lakukan roadshow agar masyakarat semakin jelas. Sedang untuk akademis, sudah kami serahkan kepada senat UMY,” pungkas Maruf.

Setelah merasa tertipu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) akan menggugat Joko Suprapto dan Purwanto cs terkait penawaran kerja sama proyek pembangkit listrik murah dan bahan bakar dari air (banyugeni). Tim hukum telah disiapkan UMY.

Badan Pelaksana Harian (BPH) UMY telah menunjuk Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum (PKBH) UMY sebagai kuasa hukumnya. Tim ini akan menggugat secara hukum Joko Suprapto dan Purwanto Cs, baik perdata maupun pidana, dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mandiri Jodhipati dan Banyugeni.

Ketegasan ini disampaikan Muhctar Zuhdi SH dari PKBH kepada wartawan di kantor PT Mentari Prima Karsa (MPK), salah satu badan usaha milik UMY, di Jl Pendidikan No 88, Ngestiharjo Kasihan Bantul, Jumat (13/6/2008). “Kita siapkan langkah-langkahnya. Untuk yang pertama masih peristiwa perdata, sewa-menyewa. Nanti akan kita kalkulasi nominalnya ada berapa,” kata Muchtar.

Menurut dia, dari sisi perdata, UMY sudah mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Hitung-hitungan angka sudah jelas, namun untuk kerugian imaterial, pihak UMY masih belum melakukan penghitungan karena masih menunggu rapat pimpinan UMY.

“Kami menilai ini semata-mata tidak hanya perdata saja, tapi juga ada unsur penipuan. Aspek pidana ada,” kata Muchtar yang tidak bersedia membebarkan jumlah dana yang telah dikeluarkan UMY.

Rencananya tim hukum UMY juga akan melaporkan kasus ini ke Polda DIY. Joko Suprapto dan Purwanto cs sudah jelas-jelas melakukan penipuan, sehingga ketika diminta bertemu dengan pihak UMY, mereka tidak bersedia datang. “Beberapa kali dihubungi lewat telepon oleh rektor juga tidak ditanggapi,” kata dia.

Sementara itu Rektor UMY Dr H. Khoiruddin Bashori mengakui UMY telah mengeluarkan dana untuk dua proyek tersebut. Untuk pembangkit listrik, dilakukan perjanjian sewa-menyewa dengan asumsi alat itu menghasilkan listrik hingga 3 megawatt. Sedang untuk banyugeni, dana dikeluarkan untuk penelitian dan kegiatan lainnya, seperti roadshow ke beberapa daerah.

“Mereka menjanjikan alat itu bisa berfungsi, harganya lebih murah separuh arga listrik PLN tanpa abonemen,” kata dia. Tapi, ternyata pihak UMY tertipu.

Saat membongkar alat Pembangkit Listrik Mandiri Jodhipati milik Joko Suprapto dan Purwanto Cs, tim peneliti Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengaku sempat diteror. Pemilik maupun pengacaranya sempat meneror melalui telepon.

Ancaman dan teror lewat telepon maupun SMS itu, Joko Suprapto cs menakut-nakuti bahwa bila alat itu dibongkar, maka akan meledak karena terkena benda keras. Mereka juga menakut-nakuti bahwa bila dibongkar alat itu akan mengeluarkan radiasi, karena mengandung zat radioaktof. Namun tim tetap melakukan pembongkaran dengan diawasi langsung oleh Polres Bantul.

Cerita ini diungkapkan Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) UMY H. Ir Dasron Hamid MSc kepada wartawan di kantor Jl Pendidikan No 88 Ngestiharjo Kasihan Bantul, Jumat (13/6/2008).

Menurut Dasron, saat alat itu dibongkar dari kampus hingga dibawa ke kantor MPK, tim UMY beberapa kali menerima teror SMS dan telepon. Ancaman itu berasal dari pemilik alat tersebut maupun pengacaranya. Namun Dasron tidak menjelaskan jati diri si pengancam itu apakah Purwanto atau Djoko Suprapto.

“Yang jelas dari pengacara pemilik alat itu, bilang kalau dibuka awas bisa meledak atau kena radiasi,” kata Dasron sambil tertawa. Namun baik Dasron maupun Dirut PT Mentari Prima Karsa (MPK) Ir Riyam Indarto dan tim ahli tidak mempercayainya.

Setelah meneror tim, pemilik alat itu juga sempat menakut-nakuti pegawai dan satpam yang ada di kantor bahwa akan ada barang berbahaya yang meledak dan menimbulkan radiasi. “Kami tetap tidak percaya. Aparat Polres Bantul juga bersiaga. Orang di sekitar kantor juga tak percaya. Hanya ada dua orang saja yang percaya kemudian menyingkir,” kata Riyam.

Ternyata, kata dia, ancaman itu tidak terbukti. Setelah berhasil dibuka, memang tidak ada apa-apanya. Mereka yang ada diruangan menyaksikan pembongkaran juga tertawa.

“Setelah Pak Jamal dan Pak Rif’an membongkar, kotak itu hanya berisi dua variac (stabilizer), welding kabel atau kabel las, isolasi putih, tulangan besi galvanis 6 mm. Tim juga sempat memeriksa dengan alat deteksi radiasi,” kata Riyam.


Ditulis oleh NgêPØpz di/pada Juni 14, 2008

0 komentar:

Labels

Blogumulus by Roy Tanck

My Yahoo

Waktu Sekarang

CALENDAR

Tentang Saya

Hari demi hari tlah ku lewati, perubahan belum tampak di depan mata, kaki sudah lemah tuk melangkah, hati sudah penuh tuk memendam perasa'an, otak sudah tak sanggup tuk berpikir jernih, dan mata sudah jemu tuk melihat. Apa yang membuat seseorang itu merasa terendahkan/slalu direndahkan?, Apa yang membuat kita merasa tidak betah duduk ...?

Chat Box


ShoutMix chat widget

Prakiraan Cuaca